SUMENEP - Proyek pengembangan sarana prasarana Pelabuhan Tarebung Kecamatan Gayam Sumenep (Pulau Sapudi) terus berpolemik.
Pasalnya, meskipun pengerjaan proyek tersebut sudah kerap ditegur oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sumenep, namun kontraktor dinilai tetap maksa kerja tidak sesuai spek.
Dilansir dari pemberitaan sebelumnya, Proyek di Pelabuhan Tarebung sempat disorot oleh aktivis terkait dengan dugaan pengerjaan tidak sesuai dengan spek.
Dugaan tersebut bermula pada saat ditemukan sampel pengadan barang yang dianggap menyimpang dari Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Ada sekitar 2 truck jenis pasir hitam yang diduga bercampur dengan tanah, bahkan barang tersebut sempat disuruh tolak oleh Dishub Sumenep.
Meski begitu, tetap tidak diindahkan oleh kontraktor pelaksana dari CV Damar Wulan. Bahkan saat ini, pasir tersebut sudah digunakan untuk membuat beton riul khusus tangkis laut serta digunaka untuk pemasangan batu.
Dari hasil pantauan media di lapangan, pasir yang sempat disuruh tolak itu sudah dipakai untuk membuat beton riul, sedikitnya ada 27 riul yang sudah selesai.
Menurut Kabid Sarana dan Prasarana Dishub Sumenep, Dadang Dedi Iskadar, mengatakan bahwa dirinya membenarkan jika pihaknya sudah menyuruh untuk menolak pasir yang dianggapnya tidak sesuai dengan spek itu.
Bahkan kata dia, Dinas tidak akan mengakomodir jika memang barangnya tidak sesuai.
"Terlepas dari siapa yang mendatangkan barang itu, entah warga setempat atau bukan, percuma kalau tidak sesuai spek, ya tolak saja, " ungkapnya, pada hari Kamis 16 September 2021.
Dadang menyampaikan bahwa terkait dengan kondisi dilapangan pihaknya sudah menyerahkan pengawasan itu secara penuh kepada pihak konsultan yang dipercaya sebagai kepanjangan tangan Dishub dibawah.
"Saya kan tidak mungkin turun ke lokasi, sebenarnya saya ini tidak main-main mas, kalau semisal nanti pekerjanya putus kontrak yah sudah biarkan putus kontrak, " katanya.
"Yang kita harapkan memang spek bagus, udah itu tok dari kami, " lanjutnya.
Terpisah, pada saat awak media menghubungi pihak konsultan pengawas, Pihaknya mengatakan, bahwa dirinya sudah kerap kali menegur, bahkan kata dia pasir yang dianggap kualitasnya jelek itu, olehnya sudah disuruh untuk ditahan.
"Untuk pengerjaan beton itu kan harus melewati beberapa uji lab dan uji lainnya, makanya pasir saya tahan dulu, "katanya.
Tidak hanya itu dia juga meminta agar dari pihak masyarakat juga membantu mengawasi, karena kata dia, dari sejak awal pekerjaannya sudah cenderung main - main.
"Saya minta kepada temen - temen dilapangan untuk membantu menjaga pengawasan tentang pengadaan bajanya juga nanti, soalnya takut cenderung dipermainkan, " tegasnya di telpon.
Pada saat Kontraktor dari CV Damar Wulan dihubungi via telpon, Deky mengatakan, bahwa dirinya tidak tahu jika pasrinya sudah dibuat riul. Sebab kata dia, dirinya belum konfirmasi dengan bawahannya yang ada di lapangan.
"Saya juga belum tau mas, nanti saya coba konfirmasi dengan orang saya yang dilapangan, " ujarnya.
Tidak hanya itu, dia juga mengaku bahwa pihaknya sudah melarang, bahkan posisi saat ini kata dia, sudah ada yang mensuplay bahan pasir hitam dan akan dilakukan aproval material oleh konsultan.
"Perkara yang sudah dipakai untuk pembuatan riul, nanti saya suruh cek untuk tidak di pasang, "ujarnya.
Pada saat ditanya lebih lanjut tentang kenapa masih dikerjakan menggunakan bahan yang di anggap menyimpang dari spek, Deky meminta awak media untuk kordinasi dengan koleganya yang bernama Wawan.
Sementara pada saat tim media meminta nomer kontraktor Wawan yang yang ditugaskan dilapangan, sampai saat ini Deky belum memberikan kontak yang bisa dihubungi.
Sehingga, pada saat awak media turun kembali ke lokasi, meskipun sudah diperingatkan berkali-kali, ternyata, sampai saat ini pasir yang disuruh tolak oleh Dishub Sumenep dan pihak konsultan, ternyata masih digunakan untuk pasangan batu.
Bahkan setelah diterlusuri langsung oleh awak media di lapangan, pasirnya sudah tersisa sedikit.
Kendati begitu, membuat aktivis pemuda Sapudi kembali angkat bicara.
Masudi mengatakan, bahwa kejadian demikian diduga sedang berludruk alias lawak. Karena kata dia, sangat terkesan aneh jika melihat sekelas Kepala Bidang (Kabid) dan Konsultan tersohor di Kabupatan Sumenep, tegurannya tidak diindahkan oleh kontraktor.
"Saya menduga mereka sedang ada kongkalikong, masak ia kabid sampai turun sendiri, tapi malah justru masih tidak diindahkan, " tegasnya, Senin, (20/09/2021).
Tidak hanya itu, Mantan Aktivis PMII itu mengaku sangat lucu ketika melihat kejadian seperti ini. Sebab kata dia, notabene dishub yang di anggap sebagai pemegang kendali proyek tersebut justru di anggap tak bertaring. Bahkan dia menilai kontraktor tersebut sudah nakal.
"Saya curiga saja Kabid Sarana dan Prasarana Dishub Sumenep hanya ngapusi saja kepada awak media, agar terkesan kondusif, " pungkas mantan Aktivis Probolinggo itu. (Qq)