Derita Gadis Yatim Asal Sapudi Sumenep yang Tinggal di Ladang

    Derita Gadis Yatim Asal Sapudi Sumenep yang Tinggal di Ladang
    Ibu Suliyatun bersama anaknya Siti Nur Aini tinggal di ladang tanpa atap (Foto : Indonesiasatu)

    SUMENEP - Kisah pilu seorang anak yatim bernama Siti Nur Aini (6), warga Dusun Panjelinan, Desa Gendang Barat Kecamatan Gayam (Pulau Sapudi), Sumenep Jawa Timur. 

    Si gadis belia itu,  tinggal bersama ibunya di ladang dengan atap seadanya. Bahkan disaat terik matahari menyengat yang ia rasakan adalah kepanasan, disaat musim hujan ia harus kuyup dan basah.

    Setiap malam ia harus merasakan kedinginan dan ditemani hewan-hewan liar yang sedang mencari mangsanya.

    Sang ibu si gadis tersebut bernama Suliyatun. Warga sekitar memanggilnya  Suliya. Sejak awal, Suliya bersama suaminya merantau meninggalkan Pulau Sapudi untuk mencari nafkah. Beberapa puluhan tahun  dirinya  menjadi kaum urban di Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa, sampai akhirnya mereka dikaruniai anak gadis. 

    Pada saat si gadis itu mulai beranjak dewasa, suami Suliya meninggal dunia, sehingga  si gadis kecil itu harus menanggung dirinya sebagai  gadis yatim.

    Selang beberapa bulan kemudian, karena Suliya sudah merasa tidak mampu menanggung perekonomiannya sendiri di pulau rantau, akhirnya  ia memutuskan untuk pulang ke kampung asalnya di Pulau Sapudi. 

    Menurut cerita warga setempat, Suliya bersama dangan anak satu-satunya itu, kerap tinggal di persawahan  daerah Gendang Barat,  bahkan ia menceritakan bahwa Suliya sudah berada disini sejak sekitar 3 bulan yang lalu.

    "Ia saya sering lihat dia tidur di sawah - sawah deket sini, " pengakuan salah satu warga yang enggan disebutkan namanya. 

    Kata dia, Ibu sigadis yatim itu sebenarnya masih memiliki orang tua, namun orang tuanya punya penyakit gangguan mental, sehingga rumah miliknya yang dibuat dari tabing sudah dibakar oleh orang tuanya, dan sampai saat ini orang tua dia tidak diketahui keberadaannya.

    Pada  tanggal 18 Agustus 2021,  warga setempat menemukan  Suliya sudah tinggal dibawah atap sederhana yang berada di ladang milik orang tuanya sendiri. 

    Bahkan tak ada warga tau, siapa yang sebenarnya menunjukkan lokasi tanah itu. Disana ia mengadu nasib bersama anaknya meski harus tidur ditempat yang tak ada tutupnya itu.

    Nahasnya, saat ini Suliya juga punya penyakit gangguan mental,  bahkan ketika ia beraktivitas, fikirannya terkadang tidak nyambung terhadap apa yang harusnya dia lakukan.

    Meski demikian,  Suliya tetap terkategori sebagai Muslimah yang taat,  walaupun terkadang penyakit dia sering kumat, namun hatinya tetap selalu ingat untuk menghadap penciptanya.

    Terlihat tampak sejadah dan mukenah yang kerap dia pakai untuk melaksanakan sholat, ia gantungkan pada tabing yang dijadikan dinding pembatas itu.

    Sejak awal,  pemerintah desa setempat sempat mengajak dia untuk dicarikan tempat tinggal,  bahkan  pihaknya menawarkan untuk tinggal diruangan sekolah untuk sementara waktu. 

    Namun, dia tidak mau, dia hanya ingin tinggal di tanah miliknya sendiri, sehingga cara apapun tak mampu membujuknya untuk pindah. 

    Saat  terik mata hari menjulang, datang Organisasi Pemuda Ansor setempat untuk memantau lokasi tempat tinggal Suliya dan si gadis yatim itu.

    Ternyata, disana sudah ada beberapa bahan bangunan yang diperuntukkan dirinya agar dibangun tempat yang lebih layak. 

    Nahasnya,  beberapa bahan yang dipersiapkan oleh pemerintah setempat dibakar oleh dia dengan alasan takut jadi sarang ular,  karena ditumpuk dekat  tempat tidurnya. 

    "Yah dia bilang  sudah dibakar  karena takut jadi sarang ular, " kata Misyanto, Ketua PAC GP Ansor Gayam, Jumat, (27/08/2021). 

    Disaat Yanto menanyakan apakah mau menempati jika pihaknya membuatkan rumah, justru Dia menjawab, " Iya mau, masak jika dibuatkan rumah tidak mau ditempati, " ujar Yanto meniru perkataan Suliya. 

    Oleh karena itu, kata Yanto, dirinya berinisiatif untuk menggalang dana kepada masyarakat agar bisa membantu si gadis yatim bersama ibundanya itu untuk mendapatkan  tempat yang lebih layak.

    Lebih lanjut Yanto mengatakan,  dirinya sudah mengintruksikan Pimpinan Ranting Ansor setempat untuk menjadi tenaga teknis di lapangan. Bahkan pihaknya menargetkan pada minggu mendatang rumah tersebut sudah bisa dipakai. 

    Diketahui,  pembangunan rumah Dinda Siti Nur Aini itu akan di lakukan pada hari Minggu, 29 Agustus 2021.

    "Saya harap masyarakat yang mau mengulurkan rezekinya nanti bisa langsung hubungi Pengurus ansor yang tertera di panflet, " pungakasnya. (qq) 

    Sumenep Gayam Sapudi Terlantar
    Hasan Al Hakiki

    Hasan Al Hakiki

    Artikel Sebelumnya

    Polemik Pasar Tarebung Pulau Sapudi, Ini...

    Artikel Berikutnya

    Peletakan Batu Pertama Pembangunan Rumah...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Kunjungan Kerja Kepala Keuangan Kodam Iskandar Muda ke Korem 012/TU
    Dukung Asta Cita Presiden RI, Panglima TNI Tinjau Program Ketahanan Pangan Kodam IV/ Diponegoro
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Bakamla RI Berikan Pertolongan Medis ABK KM Lintas Samudra 2 di Perairan Natuna
    Cegah Paham Radikalisme, Polri Tekankan Pentingnya Upaya Kontra Radikal 

    Ikuti Kami