SUMENEP - lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kangean menggandeng Kementerian Agama RI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI Pusat) tengah melangsungkan agenda Seminar Nasional dengan tema " Penguatan Moderasi Beragama Bagi Tokoh Agama dan Masyarakat". Hal ini berkaitan dengan jadwal kegiatan yang telah ditunjuk sesuai edaran yang ada.
Seminar Nasional yang di gelar di Aula PCNU Kangean ini di ikuti ratusan peserta yang berasal dari tokoh agama, guru-guru dibawah naungan kementerian agama, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi kepemudaan dan, forkopimka Kecamatan arjasa, Kabupaten Sumenep, Senin (1/11/2021).
Kegiatan ini juga dipimpin langsung oleh Pengurus Cabang Nadhdlatul ulama Kangean KH. M. Mujtaba, S.Ag., S.H. M.H. dan Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Pusat (Dr. K.H Muqsith Ghazali, MA) menjadi Narasumber tunggal pada acara seminar nasional ini.
Adapun Ketua Panitia pada penyelenggaraan Seminar ini berharap kedepan masyarakat kita akan lebih nyaman dan tentram dalam bingkai kebhinekaan.
Menurut Dr. K.H Muqsith Ghazali, MA bahwa urgensi seminar penguatan moderasi beragama ini berlandaskan keberagaman yang menjadi pondasi berdirinya bangsa Indonesia.
Baca juga:
Poempida: Tidak Cukup Hanya Pintar
|
"Seminar penguatan moderasi beragama biasanya untuk publik awam, tetapi belakangan ini ada banyak kelompok elit dan tokoh agama yang berupaya menyebarkan ajaran agama yang ekstrim dan berupaya menimbulkan kegaduhan ditengah masyarakat dalam berbangsa dan bernegara." Jelasnya.
Sementara Ketua Tanfidziyah PCNU Kangean K.H Mujtaba menyampaikan bahwa selain sebagai keniscayaan, juga merupakan anugerah dari Allah SWT. Akan tetapi kesadaran akan kemajemukan belakangan ini menemukan tantangannya di tengah arus masyarakat.
Baca juga:
Ilham Bintang: Jejak Digital Rachmat Gobel
|
Dalam pandangan dirinya bahwa ada tiga tantangan dalam penguatan moderasi beragama diantaranya adalah pemahaman agama yang berlebihan ekstrim, kemajuan teknologi informasi yang mengakibatkan orang merasa paham terhadap ajaran agamanya sehingga dengan mudah menuduh dan menyalahkan orang/golongan lain, pemahaman agama yang tidak berimbang secara dhohiriah dan lemahnya pemahaman terhadap ideologi pancasila dapat memicu kerukunan beragama dan bernegara.
Selain Islam sebagai jalan dalam urusan akhirat, Islam juga merupakan jalan untuk memperbaiki tatanan dunia yang tentu tidak lepas dari moderasi dalam berpolitik.
"Politik bukanlah tujuan melainkan sarana dalam berkontribusi positif kepada umat dan bangsa. Maka kita harus lebih berhati hati dalam menyikapi isu isu perpolitikan yang terjadi di indonesia". Ujar Muqsith yang juga sebagai Dosen Syarif Hidayatullah Jakarta ini, " tuturnya.
Dirinya memaparkan bahwa sebenarnya bukan agama yang di moderasi tapi nilai dan sikap kita yang harus diperbaiki. Sikap moderat dikejawantahkan dalam nilai kehidupan sehari-hari, tidak mudah menuduh dan mengkafir kafirkan golongan tertentu tak terkecuali terhadap golongan non muslim sekalipun. Bahkan hasil munas nahdlatul ulama menilai non muslim di Indonesia tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai kafir.
" Jauh sebelum kemerdekaan NKRI sudah ada golongan tersebut, terlebih non muslim juga terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan republik indonesia". imbuhnya. (Jon)