Mungkinkah Desa Pancor Krisis Kader Pemimpin?

    Mungkinkah Desa Pancor Krisis Kader Pemimpin?
    Ilustrasi kursi perebutan pemimpin (Sumber : Google.com)

    SUMENEP - Setelah Wafatnya Tokoh nomer satu Desa Pancor Kecamatan Gayam Kabupaten  Sumenp Jawa Timur. Kini mulai banyak yang bermunculan untuk mencoba menggiring opini publik tentang calon pemimpin Desa Pancor.

    Banyak kalangan yang sudah mengkaji, bahkan perbincangan hangat ditengah masyarakat saat ini mulai bertanya-tanya siapa yang akan dipilih  untuk menggantikan Tokoh Terbaik Desa Pancor Alm. H Moh Saleh.

    Proses Pemilihan Kepala Desa Pengganti Antar Waktu (PAW)  ini membuat para tokoh dari semua kalangan berfikir siapa yang pantas untuk membawa desa pancor lebih baik.

    Melansir dari berita lensanusantara.co.id pada tanggal 18 Oktober 2020,    sebagai mana yang dikatakan oleh salah satu anggota Komunitas Pecinta Kopi (KPK), disana tertulis tentang jika aturan mewajibkan pemilihan PAW dari kalangan perangkat desa, maka dari kalangan mereka berkata hanya satu yang lebih pantas untuk di usung, Yakni Saudara Alek Firmansyah (Read : Sekretaris Desa Pancor).

    Bukan hanya itu, semakin hari opini publik semakin terbangun  atas kebimbangan dalam menentukan  calon yang cocok untuk kultur Desa Pancor.

    Berbeda lagi dengan isu - isu baru ini yang sudah mulai membuat mata melotot dan membaca beberapa pesan di Grup Watshap, bahkan beredar pula di status-status tertanggal 22 Oktober Tahun 2020.  Dalam status terseburt tertuliskan tentang rekomendasi tokoh agama dan tokoh masyarakat  yang berjumlah 21 tokoh terdiri dari beberapa dusun yang ada di Desa Pancor.

    21 Toga/Tomas tersebut mengusung Bapak Ach. Junaidi sebagai Calon Kepala Desa Pancor Pengganti Antar Waktu (PAW).

    Siapa yang tidak mengenal beliau,   Rekam jejak yang cukup luar biasa di dunia pemerintahan. Beliau merupakan Mantan Kepala Desa Pancor Selama 2 Periode pada Tahun  1995 - 2007.  Kemudian setelah itu beliau juga pernah menjabat sebagai DPRD Dapil 6  dari Fakrsi Partai PKNU selama satu periode.

    Pada saat Desa Pancor dibawah Kepemimpinannya, kalangan masyarakat menganggapnya sangat baik dan bagus serta dapat disegani oleh semua rakyat Pancor.

    Kemudian melalui Postingan Media sosial  Akun Whatsaap Ach. Zaini Alum yang menyebar, bahwa  pada saat ini Bapak Ach. Junaidi masih  belum berambisi untuk menjadi Pemimpin Desa Pancor. Bahkan dalam postingan tersebut Bapak Ach. Junaidi  juga mengatakan "TIDAK MAU", terkecuali ada Pakon (Read:Titah) dari  sang guru rohani beliau yaitu panglima tertinggi Shonar  4444 dari Situbondo.

    Dari hasil analisis pribadi kami sebagai tokoh pemuda Pancor mencoba untuk merekontruksi  dari masa lampau, hati kecil kami berkata haruskah mengorbitkan putra terbaik Desa Pancor ditahun 1995  untuk kembali memimpin di Tahun  2020 ini.

    Tak adakah Generasi Emas  Di Desa Pancor yang kualitasnya setidaknya mendekati beliau.
    Sosok Ach. Junaidi merupakan pemimpin terhormat dimasanya, bahkan bagi kalangan muda, beliau adalah tempat untuk meminta solusi dan saran terkait dengan kebijakan pemerintahan.

    Melihat dari pengalaman luar biasa yang beliau buktikan selama di sektor pemerintahan dan di usia beliau saat ini, maka sangat pantas bila beliau menjadi Tokoh Penasehat dan Pembina  Desa Pancor,   Namun, bukan lagi sebagai pemimpin Desa Pancor. 

    Tidakkah sosok Ach. Junaidi  memiliki generasi emas yang mampu membangun Desa Pancor serta memiliki kemampuan sama seperti beliau. Setidaknya walaupun tidak sama namun memiliki jiwa juang yang sama untuk memperbaiki desa.
    Kita tidak harus menafiikkan itu, tentunya masih banyak tokoh - tokoh regenerasi yang bisa mencontoh dan membuktikan disaat - saat situasi seperti ini.

    Apakah Mungkin Desa Pancor Tidak Memiliki Regenerasi Pemimpin?

    Bahkan ada salah satu tokoh yang dibanggakan kalangan muda pada saat andil di kontestasi politik Desa Pancor tahun 2019. Ia mengatakan dalam videonya bahwa saat ini harus ada pemutlakan dukungan pada sosok tokoh pemimpin yang punyak pengalaman memimpin Desa Pancor selama Dua Periode itu.

    Hal itu menjadi atensi bagi kami selaku pemuda, kenapa harus terjadi dekontruksi pemikiran yang berbeda dengan tahun 2019 yang mengatakan saatnya yang muda di depan mengawal dan memimpin perubahan.

    Sangat lazim sekali, isu-isu berkepanjangan semakin merajalela dipublik, bahkan kaula muda sudah menjadi bahan bulian dimasyarakat.  Sempat beredar pembicaraan tidak mengesankan dikalangan publik terkait dengan kiprah pemuda saat ini yang dipandaang tidak akan mampu untuk mempimpin, oleh karenanya masih seolah hanya petua-petua yang lebih bisa dan meyakinkan perubahan.

    Harusnya dalam situasi modernisasi seperti ini sumber pengetahuan menjadi utama,   tidak adakah konsistensi yang bisa dipegang dalam setiap ucapan. Karena hal ini adalah langkah politik menuju kontestasi kursi PAW Kepala Desa Pancor, tentunya kita harus bisa meyakinkan bahwa akan ada sosok terbaik generasi junior Bapak Ach. Junaidi yang ada di Desa Pancor dan mampu membawa perubahan.

    Opini Publik dan Sangkaan seseorang tanpa mencoba bertabayyun, adalah hal yang yang tabu dalam perpolitikan terlebih opini publik yang dibangun oleh oknum yang mempunyai berkepentingan. 

    Sebagaimana Kontekstualisasi dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Athaillah  bahwa sebodoh-bodohya manusia adalah mereka yang meninggalkan keyakinannya karena mengikuti sangkaan orang lain.

    Hal ini menjadi rujukan penting, rekonsiliasi pemikiran athaillah dalam ranah penentuan pemimpin harus menjadi pegangan, regenerasi sudah harus bisa paham dan konsisten. Bahwa pemutlakan calon pemimpin tidak harus terjadi, karena dalam negara demokrasi kita memiliki hak yang sama, jika para toga/tomas bisa bersatu dalam penentuan pemimpi Desa Pancor, tentunya para pemuda juga harus bisa bersama untuk mengorbitkan tokoh pemimpin sebagai jawaban dari krisisnya kader pemimpin di Desa Pancor.

    Dalam kancah demokrasi sesuatu yang mutlak tidak akan pernah terjadi, sebaik - baik pemimpin tentunya akan ada celah yang akan disalahkan. Sebagaimana Argumentasi salah satu Filusuf Barat Penulis Buku "Bertuhan Tanpa Agama". Bertrand Russell  mengatakan bahwa Demokrasi adalah proses dimana orang - orang memilih seseorang yang kelak akan mereka salahkan.

    Interpretasi dari pemikiran tersebut adalah suatu  fakta sosial,   tidak ada totalitas regulasi yang bisa diterima semuanya. Karena regulasi kehidupan akan terus berputar  hingga pada akhirnya tidak akan pernah bertemu dengan kebenaran yang di sebut sebagai absolut,   sebab kebenaran manusia hanya sampai pada relativisme kebenaran. 

    Penulis : Hasan Al Hakiki
    Pemuda  Persimpangan Desa Pancor

    *Opini ini menjadi hak dan tanggung jawab penulis

    Pancor Gayam Sumenep Pilkades PAW
    Hasan Al Hakiki

    Hasan Al Hakiki

    Artikel Sebelumnya

    Kenang Resolusi Jihad, Ansor Gayam Ngaji...

    Artikel Berikutnya

    Terharu, Seorang Perempuan Lahirkan Dua...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Komitmen Keberlanjutan KAI Logistik: Penguatan Moda KA, Digitalisasi, dan Aksi Hijau
    Babinsa Koramil 02/Timika Komsos Serta Bantu Petani Rawat Tanaman Melon
    510 Personel Gabungan Dikerahkan Cari Iptu Tomi yang Hilang Saat Kejar KKB
    Polisi Gagalkan Peredaran 24 Kg Sabu di Palu, 3 Pelaku Ditangkap
    Anggota Polsek Buluspesantren Ikut Menggali Makam demi Bantu Sahabatnya

    Ikuti Kami